JACQUES DERRIDA



A. RIWAYAT HIDUP
JACQUES DERRIDA lahir pada tahun 1930 di El Biar, AI Jir,dan datang ke Prancis untuk melaksanakan tugas militernya, sambil bekerja di Ecole Normale di Paris bersama Hegel, Jean Hyppolite. Dia  menghabiskan waktu satu tahun di Harvard untuk menyelesaikan kesarjanaannya, dari tahun 1956-1957. Dari tahun 1960-1964, Derrida mengajar di Sorbonne, dan sejak tahun 1965, Derrida mengajar sejarah filsafat di Ecole Normale Superieure. Setiap tahun Derrida mengajar juga untuk beberapa waktu sebagai dosen tamu di Yale University, Amerika serikat.
Pada masa muda, Derrida pernah menjadi anggota Partai komunis Prancis. Sejak tahun 1974 Derrida ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan himpunan dosen filsafat yang memperjuangkan tempat yang wajar untuk filsafat pada taraf sekolah menengah. Kelompok ini (Kelompok Penelitian Tentang Pengajaran Filsafat) didirikan ketika dalam rangka rencana pembaharuan pendidikan peranan filsafat pada sekolah menengah mulai dipersoalkan. Pada tahun 1962, Derrida memenangkan hadiah Prix Cavilles atas karya perdananya, dengan menerbitkan terjemahan karangan Husserl 7Asal-Usul IlmuUkur.
B. DEKONSTRUKSI
Proses kritik dari dalam, Derrida menyebutnya dengan istilah dekonstruksi” atau pembongkaran”.Pembongkaran itu menampakkan aneka ragam aturan yang   sebelumnya tersembunyi untuk menentukan teks. Satu hal yang dapat ditampakkan melalui proses pembongkaran yang mendapat perhatian khusus dalam filsafat Derrida adalah “yang tak dipikirkan” dan “yang tak terpikir”.
Metode dekonstruksi Jacques Derrida tentang “yang tak dipikirkan” dan “yang tak terpikir” inilah yang kemudian membuat Derrida untuk melakukan kritik terhadap pemikiran para penganut metafisika. “Yang tak dipikirkan” atau “mustahil dipikirkan”, menurut Derrida, hal itu merupakan hal yang belum dapat dipikirkan oleh para penganut metafisika (mungkin teks-teks tersebut dianggab suci, jadi tidak berani untuk menyentuhnya). Sedangkan “yang tak terpikir”, maksudnya adalah hal-hal yang bisa dipikirkan kembali dari pemikiran filosofis penganut metafisika.
C. PEMIKIRAN FILOSOFIS
Pemikiran Derrida ditimbulkan dari ada sebagai “kehadiran” yang ditimbulkan oleh pemikiran Barat.Menurut Derrida pemikiran tersebut adalah metafisika. Kerangka pemikiran metafisika tentang “ada” sebagai “kehadiran” adalah hadir bukan berarti harus ada. Kehadiran yang timbul dari gejala  atau tanda adalah sarana untuk menghadirkan yang ada. Dengan demikian, dalam pandangan metafisika tanda yang akhirnya hanya sekedar pengganti sementara menunda hadirnya objek itu sendiri.
 Jacques Derrida melakukan dekonstruksi terhadap  pandangan bahwa tanda adalah sarana untuk menghadirkan. Menurut pandangan Derrida, bahwa kehadiran harus dimengerti  berdasarkan tanda. Dengan kata lain, tanda tidak bisa sebagai sarana untuk menghadirkan, kecuali bahwa tanda benar-benar mempunyai nilai bobot. Derrida menyebutkan tanda sebagai bekas, seandainya bekas (tanda) dihapus maka kehadiran akan ikut terhapus.Tanda oleh Derrida disebut “teks” atau “tenunan” diambil dari bahasa latin “texere”, arti menenun. Derrida menolak anggapan bahwa makna melebihi teks dan hadir bagi pemikiran terlepas dari teks. Artinya, terjemahan disamakan dengan menanggalkan pakaian dari makna tersebar dan mengenakan pakaian baru. Padahal, (menurut Derrida) menerjemahkan dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain tidak boleh dibayangkan sebagai melepaskan makna yang terbungkus dalam teks tersebut.
 Logologi didengung-dengungkan oleh filosofis barat, angkanlogologi adalah ilmu tentang perkataan atau lisan. Menurut pandangan filosofis Barat bahwa bahasa lisan sebagai pemikiran sedangkan bahasa tulis merupakan tambahan bagi bahasa lisan. Bahasa lisan adalah pemikiran yang bersumber dari percakapan yang diadakan oleh jiwa atau hati nurani. Menurut Derrida, logologi melupakan dan bahkan meremehkan bahasa tulisan. Derrida mengadakan dekonstruksi atau pembongkaran terhadap logologi, dengan mengubah logologi menjadi gramatologi.
 Gramatologi berasal artinya “tanda dari tanda”, gramatologigramma yang arisebut juga ilmu tentang “tekstualitas. Kadang-kadang bahasa lisan membingungkan para pendengar. Kata-kata di dalam bahasa lisan di dalam pengucapannya sama tetapi di dalam pengartiannya berbeda. Dengan bahasa tulisan, “teks” (tanda) bersifat terbuka. Dengan perubahan (bahasa lisan kedalam bahasa tulisan) tersebut mempunyai pengaruh  sangat luas terhadap perkembangan pemikiran manusia. Tetapi, Derrida tidak menghancurkan atau destruksi terhadap bahasa lisan. Maksud Jaqcues Derrida ialah bahwa setiap bahasa (bahasa tulis maupun bahasa lisan) menurut kodratnya adalah tulisan dari pemikiran.
Dekonstruksi adalah sebuah metode pembacaan teks. Dengan dekonstruksi ditunjukkan bahwa dalam setiap teks selalu hadir anggapan-anggapan yang dianggap absolut.Padahal, setiap anggapan selalu kontekstual: anggapan selalu hadir sebagai konstruksi sosial yang menyejarah. Maksudnya, anggapan-anggapan tersebut tidak mengacu kepada makna final. Anggapan-anggapan tersebut hadir sebagai jejak (trace) yang bisa dirunut pembentukannya dalam sejarah.
Jacques Derrida menunjukkan bahwa kita selalu cenderung untuk melepaskan teks dari konteksnya. Satu term tertentu kita lepaskan dari konteks (dari jejaknya) dan hadir sebagai makna final. Inilah yang Derrida sebut sebagai logosentrisme. Yaitu, kecenderungan untuk mengacu kepada suatu metafisika tertentu, suatu kehadiran objek absolut tertentu. Dengan metode dekonstruksi, Derrida ingin membuat kita kritis terhadap teks.
Metode dekonstruksi merupakan proyek filsafat yang berskala raksasa karena Derrida sendiri menunjukkan bahwa filsafat barat seluruhnya bersifat logosentris. Dengan demikian, dekonstruksi mengkritik seluruh proyek filsafat barat.
Dekonstruksi adalahsebuahkonsep atau metode dalam pembacaan teks yang dikemukakan oleh seorang filsuf dari Aljazair yang lama menetap di Prancis yaitu Jacques Derrida. Dekonstruksi adalah suatu pemikiran yang kontroversial dari Derrida. Dekonstruksi merupakan suatu metode yang cukup sulit dipahami karena penjelasan dan makna dekonstruksi sendiri agak rumit. Dekonstruksi Derrida merupakan sebuah metode yang sangat berbau postmodernisme. Dekonstruksi merupakan suatu metode pembacaan teks, yang menolak adanya absolutisitas tentang suatu kebenaran yang dikandung.
 Derrida menjelaskan bahwa interpretasi atas suatu teks dipengaruhi oleh sejarah yang membentuknya, tidak ada makna final atas suatu teks. Kebenaran-kebenaran yang telah kita ketahui dalam sebuah teks dan memang yakin bahwa itu benar, tetapi dalam pandangan dekonstruksi Derrida hal-hal tersebut belum tentu benar. Ada makna-makna tersembunyi yang mendasari sebuah kebenaran dilihat dari sisi sejarahnya. Suatu konsep atau hal yang telah kita yakini kebenarannya oleh Derrida dicoba untuk dipahami dengan sebuah dekonstruksi di mana di balik kebenaran yang telah diyakini oleh semua orang tersebut terdapat suatu kontradiksi yang tersembunyi.
Dekonstruksi Derrida sangat di dasari atas pemikiran filsafat. Kebenaran dari sebuah teks tidak disanggah oleh Derrida akan tetapi ia pun mencoba untuk menemukan makna lain dari teks tersebut. Dalam kata lain, dalam sebuah teks Derrida meyakini terdapat kebenaran yang terdapat dalam sebuah teks tersebut tidaklah mutlak, akan tetapi terdapat kebenaran lain yang tidak diketahui dan tidak disadari oleh semua orang. Dekonstruksi Derrida dapat menjelaskan hal tersebut.Tidak dapat dipungkiri bahwa dekonstruksi adalah sebuah metode yang kontroversial namun dapat diterima secara rasional.

Comments

Popular posts from this blog

Perkembangan Agama Pada Remaja Masa Kini

kritik atas dollar sebagai acuan perekonomian dunia