Perkembangan Agama Pada Remaja Masa Kini
Perkembangan Agama Pada Remaja Masa Kini
A. Pendahuluan
Sebagai
makhluk sosial, manusia tak bisa lepas dari yang namanya orang lain. Begitu
pula dengan remaja. Ia memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai
kedewasaannya. Yang perlu dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu
bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak pergaulannya itu bagi dirinya, orang
lain, dan lingkungannya
Untuk itu kita lihat terlebih dahulu pengertian pergaulan. Pergaulan berasal dari kata gaul. Pergaulan itu sendiri maksudnya kehidupan sehari-hari dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun tidak demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini. Gaul menurut dimensi remaja-remaja yang katanya modern itu adalah ikut dalam trend, mode, dan hal lain yang behubungan dengan keglamoran hidup. Harus masuk kedalam geng-geng, sering nongol dan konkow-konkow diberbagai tempat seperti mall, tempat wisata, game center dan lain-lain. Yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya konsumtif.
Yang patut disayangkan pula dari “gaul” kebanyakan remaja saat ini adalah standar nilainya diambil dari tradisi budaya ataupun cara hidup masyarakat nonmuslim. Cotoh, baju yang dipakai itu modelnya harus sesuai dengan mode-mode yang berkembang di dunia internasional saat ini. Dan bisa kita lihat pakaian-pakaian tersebut jarang sekali ada yang cocok dengan kriteria pakaian yang pantas secara islam.
Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura. Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan sex bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak “setia kawan”. Paradigma seperti itulah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sndiri.[1]
Baiklah jika dalam interaksinya dengan agama remaja adalah suatu
generasi yang bisa menjadi pengilap zaman dan masa maka apa jadinya jika
pendidikan agama tidak diberlakukan dengan baik, tidak tersampaikan dengan baik
dan tidak memberikan sesuatu yang berharga terhadap aspek tingkah laku remaja
yang hal ini terkadang faktor pendidikan lah yang berperan sangat penting, di
keluarga, sekolah maupun lingkungannya.
Baiklah di sini saya akan berusaha untuk memaparkan beberapa hal
penting yang erat kaitannya dengan peran agama pada remaja masa kini, namun
saya akan dahulukan dengan pengertian bertahap tentang agama lalu remaja itu
sendiri serta aspek-aspek lain yang sangat mempengaruhi tingkah laku anak
remaja.
B. Pembahasan
1. Pengertian Agama
Merumuskan pengertian agama bukan suatu perkara
mudah, dan ketidak sanggupan manusia untuk mendefinisikan agama karena
disebabkan oleh persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kepentingan mutlak
dan tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena itu tidak mengherankan jika secara
internal muncul pendapat-pendapat yang secara apriori menyatakan bahwa
agama tertentu saja sebagai satu-satunya agama samawi, meskipun dalam waktu
yang bersamaan menyatakan bahwa agama samawi itu meliputi Islam, Kristen dan
Yahudi.
Sumber terjadinya agama terdapat dua katagori,
pada umumnya agama Samawi dari langit, agama yang diperoleh melalui Wahyu
Illahi antara lain Islam, Kristen dan Yahudi.—-dan agama Wad’i atau agama bumi
yang juga sering disebut sebagai agama budaya yang diperoleh berdasarkan
kekuatan pikiran atau akal budi manusia antara lain Hindu, Buddha, Tao,
Khonghucu dan berbagai aliran keagamaan lain atau kepercayaan.
Dalam prakteknya, sulit memisahkan antara wahyu
Illahi dengan budaya, karena pandangan-pandangan, ajaran-ajaran, seruan-seruan
pemuka agama meskipun diluar Kitab Sucinya, tetapi oleh pengikut-pengikutnya
dianggap sebagai Perintah Illahi, sedangkan pemuka-pemuka agama itu sendiri
merupakan bagian dari budaya dan tidak dapat melepaskan diri dari budaya dalam
masa kehidupannya, manusia selalu dalam jalinan lingkup budaya karena manusia
berpikir dan berperilaku.
2. Pengertian
agama islam
Pengertian Islam bisa kita bedah dari dua
aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek peristilahan. Dari segi kebahasaan,
Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa, dan damai.
Dari kata salima selanjutnya
diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri
masuk dalam kedamaian. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat
kepada Allah swt. disebut sebagai orang Muslim.
Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan
berserah diri kepada Allah swt. dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
Hal itu dilakukan atas kesadaran dan kemauan
diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari
fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan telah menyatakan
patuh dan tunduk kepada Allah.
Adapun pengertian Islam dari segi istilah,
banyak para ahli yang mendefinisikannya; di antaranya Prof. Dr. Harun Nasution.
Ia mengatakan bahwa Islam menurut istilah ( Islam sebagai agama ) adalah agama
yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang
bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan
manusia.
Sementara itu Maulana Muhammad Ali mengatakan
bahwa Islam adalah agama perdamaian; dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan
Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata bahwa
agama Islam selaras benar dengan namanya.
Rukun Iman artinya kepercayaan dalam diri. Iman ertinya membenarkan Allah
dan membenarkan Nabi Muhammad s.a.w , malaikat-malaikat, kitab kitab, hari
kiamat dan juga qadha’ dan qadharNya. Ia merangkumi semua aspek kepercayaan dan
kenyakinan adalah mu’min dan mu’minah.
Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu Rukun
Islam. Ibarat sebuah rumah, Rukun Islam merupakan tiang-tiang atau penyangga
bangunan keislaman seseorang. Di dalamnya tercakup hukum-hukum Islam yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. “Sesungguhnya Islam itu dibangun atas
lima perkara: bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah dan
puasa di buIan Ramadhan” (HR. Bukhari Muslim). Bagi siapa saja yang telah
mengerjakan Rukun Islam yang lima, belum berarti bahwa ia telah total masuk ke
dalam Islam. Ia baru membangun landasan bagi amal-amalnya yang lain.
Rukun Islam merupakan landasan operasional dari
Rukun Iman. Belum cukup dikatakan beriman hanya dengan megerjakan Rukun Islam
tanpa ada upaya untuk menegakkannya. Rukun Islam merupakan training/pelatihan
bagi orang mukmin menuju mardhotillah/keridhoan Allah.
3. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari
kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk
golongan anak tetapi tidak
juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks,
dkk 1990) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak.
Borring E.G. ( dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan bahwa masa
remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa
transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks, dkk ( dalam Hurlock, 1990 )
menyatakan bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama
kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan
pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.
Neidahart (dalam Hurlock, 1990 ) menyatakan bahwa masa
remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak
kemasa dewasa, dan pada masa ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini
hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank (dalam Hurlock, 1990 ) bahwa
masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung
menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat (dalam Hurlock, 1990 ) mengatakan masa
remaja adalah masa dimana munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta
tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang
matang.
Berdasarkan
beberapa pengertian remaja yang
telah dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah
individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik,
psikis dan sosial.
4. Rataan
Usia Remaja
Masa Remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi
pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13
tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai
dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum dismenore Amerika Serikat
saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun
dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock,1991). Pada usia ini,
umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah. Remaja, yang dalam bahasa
aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya
” tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan ”. Perkembangan lebih lanjut,
istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik ( Hurlock, 1991). Pandangan ini
dismenoredukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja
adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat
dewasa, suatu usia dismenore mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada
dismenore bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling
tidak sejajar. Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat dalam aspek
intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini
memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam
masyarakat dewasa, tapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari
semua priode perkembangan. (Shaw dan Costanzo,1985) Remaja sebetulnya tidak
mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak,
tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang
dewasa.
C. Faktor Faktor Yang Memengaruhi
Penyesuaian Diri Remaja
Proses penyesuaian diri remaja identik dengan faktor
faktor yang memengaruhi penyesuaian diri remaja dan mengatur perkembangan dan
terbentuknya pribadi secara bertahap. Secara sekunder proses penyesuaian diri
remaja ditentukan oleh faktor faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri
baik internal maupun eksternal. Penentu penyesuaian identik dengan faktor
faktor yang memengaruhi penyesuaian diri remaja sebagai berikut:
- Kondisi – kondisi fisik, termasuk didalamnya keturunan,
konstitusi fisik,susunan saraf, kelenar dan system otot,
kesehatan,penyakit dsb.
- Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektkual,
social, moral dan emosional
- Penentu psikologis, termasuk di dalamnya pengalaman, belajarnya,
pengkondisian, penentu diri (self-determination), frustasi, dan konflik
- Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah
D. Penentu Psikologis
terhadap Penyesuaian diri
Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi
penyesuaian diri, diantaranya adalah:
1. Pengalaman
Tidak semua pengalaman mempunyai arti bagi penyesuaian
diri. Pengalaman-pengalaman tertentu yang mempunyai arti dalam penyesuaian diri
adalah pengalaman yang menyenangkan dan pengalaman traumatic.
2. Belajar
Proses belajar merupakan suatu dasar yang fundamental
dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar ini akan berkembang
pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian.
3. Determinasi Diri
Dalam proses penyesuaian diri, disamping ditentukan
oleh faktor-faktor tersebut diatas, orangnya itu sendiri menentukan dirinya,
terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai sesuatu yang baik atau
buruk, untuk mencapai taraf penyesuaian yang tinggi, dan atau merusak diri.
Faktor-faktor itulah yang disebut determinasi diri.
4. Konflik dan
penyesuaian
Ada beberapa pandangan bahwa semua konflik bersifat
mengganggu atau merugikan. Sebenarnya, beberapa konflik dapat bermanfaat
memotivasi seseorang untuk meningkatkan kegiatan. Proses penyesuaian ini
terletak pada bagaimana seseorang untuk mengelola konflik yang dialaminya
sehingga mengarah pada pencapaian tujuan yang menguntungkan baik secara
individu atau sosial.
5. Pengaruh rumah dan
keluarga.
Dari sekian banyak faktor yang memengaruhi penyesuaian
diri remaja, faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting,
karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial
yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga. Kemampuan interaksi
sosial ini kemudian akan dikembangkan di masyarakat.
E. Perkembangan Agama Pada Remaja Masa Kini
Jika kita ingin meneliti dan mempelajari
perkembangan perasaan agama pada remaja, kiranyta kita tidak dapat
mengabaikan faktpor-faktor terpenting dalam pertumbuhan remaja itu,
antara lain :
1.
Pertumbuhan Mental Remaja
Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan
pokok-pokok ajaran agama, pada dasarnya diterima oleh seseorang pada masa
kecilnya, ide-ide dan pokok ajaran-ajaran agama yang diterimanya pada waktu
kecil itu akan berkembang dan bertambah subur, apabila anak atau remaja dalam
menganut kepercayaan itu tidak mendapat kritikan-krtitikan dalam hal agama itu.
Dan apa yang bertumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan yang
dipegangnya melalui pengalaman-pengalaman yang dialaminya atau dirasakannya.
2. Kapan
seorang anak mampu mengerti hal-hal yang Abstrak itu?
Alfred Binet, seorang psikologis
perancisyanghidup pada tahun 1857-1911, yang terkenal dalam usahanyauntuk
menentukan kecerdasan anak-anak dengan tesnya yang terkenal dengan “test
binnet/simon”. Yang buat pertama kali diperkenalkan Intelligence
Quotient (IQ)pada taun 1905. Binnet
berpendapat, bahwa kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang abstrak,
tidak sempurna perkembangannya sebelum mencapai usia 12 tahun. Dan kemampuan
untuk mengambil kesimpulan yang abstrak dari fakta fakta yang ada, baru tampak
pada umur 14 tahun. Itulah sebabnya maka pada mur 14 tahun itu, anak telah
dapzt menolak saran-saran yang tiak dimengertinya dan mereka sudah dapat
mengkritik pendapat-pendapat tertentu yang berlawqnan dengan kesimpulan yang
diambilnya.
Remaja-remaja yang mendapat didikan agama
dengan cara tidak member kesempatan untuk berpikir logis dan mengkritik
pendapat-pendapat yang tidak masuk akal , disertai pula oleh kehidupan
lingkungan dan orang tua,yang juga menganut agama yang sama, maka kebimbangan
pada masa remaja itu sangat kurang. Remaja-remaja akan merasa gelisah dan
kurang aman apabila agama atau keyakinannya berlainan dengan yang dianut oleh
orang tuanya.keyakinan orang tua dan keteguhannya dalam menjalankan ibadah,
serta memelihara nilai-nilai agama alam hidupnya sehari-hari menolong remaja
dari kebimbangan agama.
Setelah perkembangan mental remaja sampai
kepada mampu menerima atau menolak ide-ide atau pengertian-pengertian yang
abstrak, maka pandangannya terhadap alam dengan segala isi dan peristiwanya
berubah, dari mau menerima tanpa pengertian, menjadi menerima dengan
penganalisaan.
Perkembangan mental remaja kea rah berpikir
logis (falsafi) itu, juga mempengaruhi pandangannya dan keyakinannya kepada
tuhan. Karena mereka tidak dapat melupakan tuhan dari segala peristiwa yang
terjadi di ala mini.
Kepercayaan remaja akan hari kiamat, hari
pembalasan, dimana setiap orang akan menerima ganjaran atau siksaan sesuai
dengan perbuatannya di dunia, akan menyebabkan ragu pula akan keadilan tuhan,
apabila ia melihat adanya (banyak) orang yang terpaksa dalam perbuatannya.
Sebagai contoh seorang Gadis yang berumur 18 tahun sebagi berikut :
“ kalaupun saya akan dihukum oleh tuhan karena
durhaka kepada orang tua, apa boleh buat; tapi saya akan protes kepada-Nya,
karena saya durhaka bukan karena keinginan saya, tapi karena perlakuan
merekalah yang menyebabkan saya duraka, mereka kejam, kasqar dan sering
menyakiti saya.”
Gadis yang merasa sakit hati dan tidak senang
hati atas perlakuan orang tuanya yang tidak bijak sana, merasa tidak adilah
Tuhan, apabila kedurhakaannya kepda orang tuanya itu akan menyebabkannya
dihukum di akhirat nanti.
2. Masalah Mati dan Kekekalan
Pada masa remaja telah dapat dipahami bahwa mati
itu adalah suatu dapat yang tidak dapat dihindari oleh setiap orang, bahkan
mati itu adalh fenomena alamiah yang harus terjadi. Pemikiran remaja tentang
hal ini adalah terdorong oleh kepentingan emosi yang dirasakannya dan yang
terjadi disekitar lingkungannya yang menimpa seluruh makluk hidup. Kendatipun
pemiran tentang mati itu telah meningkat, namun mereka tidak menghilangkan
kegelisahan, yang mengambil bentuk sebagai berikut:
a.
Takut berpisah dengan keluarga
b.
Takut dirinya akan mati, karena
1) Berpisah dengan orang tua yang
disayanginya dan khawatir akan meninggalnya mereka.
2) Rasa dosa, takut bertemu dengan
Allah seolah-0lah takut mati itu sebanarnya adalah takut akan hukuman akhirat.
3) Takut mati karena ambisinya.
Memang pada masa remaja, ambisi itu adalah suatu cirri khasnya. Remaja lebih
banyak khayalan dan cita-cita, serta takut tidak akan tercapai cita-cita itu.
Keyakinan itu akan mengurangkan kecemasan
terhadap mati, kepada yang berhubungan itu, yaitu neraka dengan apinya, dan
surge dengan kenikmatannya, jika kegelisahan itu bertambah, maka hidup ini
tidak akan dirasakan berarti lagi. Maka takut akan neraka dan harao akan masuk
surge dalam ajaran agama.
Setelah mati diakui dan diterima oleh remaja,
maka ada diantaranya yang ingin mati, mungkin ini disebabkan adanya gambaran
tentang negative takut mati (Reaction formation) psikoanalisa.
Atau karena ingin lari dari kesukaran hidup yang dialaminya. Bahkan ada orang
yang seolah-olah menghadang mati, sebenarnya ia ingin kekal dalam bentuk
apapun.
3. Emosi dan Pengaruhnya Terhadap
Kepercayaan agama
Sesungguhnya emosi memegang peranan penting
dalam sikap dan tindak agama. Tidak ada satu sikap atau tindak agama seseorang
yang dapat dipahami, tanpa mengindahkan emosinya. Karena itu, dalam meneliti
atau mempelajari perkembangan ilmu jiwa agama pada seseorang, perlu diperhtikan
seluruh fungsi-fungsi jiwanya sebagai kebulatan.
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam
perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Diantara sebab-sebab
atau sumber-sumber kegoncangan emosi pada remaja, adalah konflik ata
pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan.
4. Perkembangan Moral dan
Hubungannya dengan Agama
Agama mempunyai peranan penting dalam
pengendalian moral seseorang. Tapi harus diingat bahwa pengertian tentang
agama, tidak otomatis sama dengan bermoral. Betapa banyak orang yang mengerti
agama, tapi moralnya merosot. Dan tidak sedikit pula orang yang tidak mengerti
agama sama sekali, tapi moralnya cukup baik.
Oleh sebab itu, seorang peneliti ilmu jiwa
agama harus mempelajari pula dinamika dan perkembangan moral, supaya dapat
memahami bagaimana peranan agama dalam moral, dan agama itu dapat menjadi
pengendali moral. kita akan melihat betapa erat hubungan agama dengan
ibadah-ibadah dan moral.
5. Kedudukan Remaja dalam
Masyarakat dan pengaruhnya Terhadap keyakinannya.
Sikap atau perlakuan Masyarakat yang kurang
memberikan kedudukan yang jelas bagi remaja itu, sering kali mempertajam rasa
konflik yang sebenarnya telah ada pada remaja, mereka mengharapkan bimbingan
dan kepercayaan orang dewasa, terutama keluarganya, tapi di lain pihak mereka
ingin bebas, terlepas dari kekuasaan dan kritikan-kritikan orang dewasa, mereka
akan mencari orang-orang lain yang dapat merek jadikan teladan atau pahlawan
(hero), sebagai pengganti orang tua atau orang-orang yang biasa menasihati mereka.
Seandainya yang menjadi hero tersebut baik, maka
pengaruhnya juga baik tapi kalau ia tidak baik, maka pengaruhnya juga kurang
baik.
Kecenderungan seorang remaja untuk ikut aktif
dalam kegiatan agama sebenarnya ada dan dapat dipupuk, asal lembaga keagamaan
tersebut dapat mengikut sertakan remaja dan member kedudukan yang pasti kepada
mereka. Kebijaksanaan pemimpin agama yang dapat menyadari bahwa remaja
mempunyai dorongan dan kebutuhan social yang perlu dipenuhi, akan dapat
menggerakan remaja itu ikut aktif dalam agama.
6. Sikap Remaja Terhadap Agama[2]
a.
Percaya turut-turutan.
b. Percaya dengan
kesadaran yang timbul dari semangat positif dan semangat khurafi (unsure-unsur luar yang tercampur
dengan agama).
c.
Kebimbangan Beragama.
d.
Tidak percaya Tuhan.
Maka dapat saya simpulkan bahwa Dari sudut pandangan individu yang beragama, agama
adalah sesuatu yang menjadi urusan terakhir baginya. Artinya bagi kebanyakan
orang, agama merupakan jawaban terhadap kehausannya akan kepastian, jaminan,
dan keyakinan tempat mereka melekatkan dirinya dan untuk menopang
harapan-harapannya.
Bagi remaja, agama
memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan, sebagaimana dijelaskan
oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral,
sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat
menstabilkan tingkah laku dan biasanya memberikan penjelasan mengapa dan untuk
apa seseorang berada didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman,
terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya.
Dibandingkan dengan
masa awal anak-anak misalnya, keyakinan agama remaja telah mengalami
perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika mereka
baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Tuhan dibayangkan sebagai person
yang berada di awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari
sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan
pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh
perkembangan kognitifnya.
Oleh karena itu
meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua
mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuan dalam
perkembangan kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang kebenaran
keyakinan agama mereka sendiri. Sehubungan dengan pengaruh perekembangan
kognitif terhadap perkembangan agama selama masa remaja ini.
[1] Dinukil dari http://id.shvoong.com/lifestyle/family-and-relations/2104771-pergaulan-remaja-masa-kini/#ixzz1yzzp02UA pada tanggal 27 Juni 2012 pukul 14.54
[2]
Dinukil dari http://id.shvoong.com/lifestyle/family-and-relations/2104771-pergaulan-remaja-masa-kini/,
pada tanggal 27 Juni 2012 pukul 14.48
Comments
Post a Comment